Sabtu, 31 Desember 2016

Penghargaan Santri Teladan & Lomba Dalam Memperingati HARLAH TPQ ULIL ALBAAB

Penghargaan Santri Berprestasi












Tradisi Maulid Nabi

Tradisi MEmperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
 Nabi Muhammad saw adalah nikmat terbesar dan anugerah teragung yang Allah berikan kepada alam semesta. Ketika manusia saat itu berada dalam kegelapan syirik, kufur, dan tidak mengenal Rabb pencipta mereka. Manusia mengalami krisis spiritual dan moral yang luar biasa. Nilai-nilai kemanusiaan sudah terbalik. Penyembahan terhadap berhala-berhala suatu kehormatan, perzinaan suatu kebanggaan, mabuk dan berjudi adalah kejantanan, dan merampok serta membunuh adalah suatu keberanian. Di saat seperti ini rahmat ilahi memancar dari jazirah Arab. Allah mengutus seorang Rasul yang ditunggu oleh alam semesta untuk menghentikan semua kerusakan ini dan membawanya kepada cahaya ilahi.
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Kelahiran makhluk mulia yang ditunggu jagad raya membuat alam tersenyum, gembira dan memancarkan cahaya. Penyair Ahmad Syauqi menggambarkan kelahiran Nabi Mulia itu dalam syairnya yang indah:
ولد الهدى فالكائنات ضياء     وفم الزمان تبسم وثناء
Telah dilahirkan seorang Nabi alam pun bercahaya
sang waktu pun tersenyum dan memuji
Dengan tuntunan Allah swt Nabi Muhammad saw pun berhasil melaksanakan misi risalah yang diamanahkan kepadanya. Setelah melalui perjalanan dakwah dan jihad selama kurang lebih 23 tahun dengan berbagai macam rintangan dan hambatan yang menimpa Rasulullah saw berhasil mengeluarkan umat dan mengantarkan bangsa Arab dari penyembahan makhluk menuju kepada penyembahan Rabbnya makhluk, dari kezaliman jahiliyah menuju keadilan Islam. Sepeninggal Rasulullah saw misi dakwah ini pun diemban oleh generasi sahabat dan tabiin sehingga umat manusia sekarang bisa merasakan manisnya keimanan kepada Allah swt. Jazakallah ya Rasulallah an ummatika afdhola ma jazallah nabiyyan an ummatih.
Tetapi setelah meninggalnya Rasulullah saw terjadi berbagai macam penyimpangan dan penyelewengan dalam ajarannya. Orang-orang munafik atau orang orang-orang bodoh memasukan ke dalam agama Islam apa yang bukan menjadi ajarannya. Alhamdulillah Allah tidak membiarkan begitu saja penyelewangan atau dalam istilah agama disebut bid’ah ini. Allah selalu menyiapkan ulama-ulama rabbaniyyun di setiap masa yang menjelaskan dan mengajarkan kepada umat ajaran Islam yang murni seperti yang dibawa oleh Rasulullah saw. Para ulama tersebut adalah benteng-benteng Islam yang menjaganya dari berbagai serangan musuh.
Diantara praktek penyimpangan yang terjadi di kalangan umat Islam adalah peringatan maulid Nabi Muhammad saw yang diadakan setiap tahunnya pada bulan Rabiul Awal. Peringatan maulid yang tidak pernah ada pada zaman Nabi dan generasi sahabat dan tabiin ini pertama kali diperkenalkan pada zaman dinasti Fatimiyah pada abad 10 masehi. Langkah ini secara tidak langsung dimaksudkan sebagai sebuah penegasan kepada khalayak, bahwa dinasti ini betul-betul keturunan Nabi Muhammad SAW. Setidaknya ada dimensi politis dalam kegiatan tersebut.
Selanjutnya peringatan maulid Nabi Muhammad saw menjadi sebuah upacara yang kerap dilakukan umat Islam di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia yang merupakan negeri muslim terbesar di dunia perayaan maulid pun kerap dilakukan di berbagai daerah. Masyarakat di setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk merayakan kelahiran manusia agung tersebut. Meskipun seringkali tidak ada hubungan langsung antara kelahiran Nabi Muhammad dan upacara yang mereka lakukan, bahkan tidak sedikit perayaan tersebut merupakan bentuk kesyirikan.
Di Banten, misalnya, ribuan orang mendatangi kompleks Masjid Agung Banten yang terletak 10 km arah utara pusat Kota Serang. Mereka berziarah ke makam para sultan, antara lain Sultan Hasanuddin, secara bergiliran. Sebagian di antaranya berendam di kolam masjid itu, konon katanya, untuk mendapat berkah. Ada di antara mereka yang sengaja mengambil air kolam tersebut untuk dibawa pulang sebagai obat..
Di Cirebon, pada tanggal 11-12 Rabiul Awal banyak orang Islam datang ke makam Sunan Gunung Jati, salah seorang dari wali sanga, penyebar agama Islam di kawasan Jawa Barat dan Banten. Biasanya di Keraton Kasepuhan diselenggarakan upacara Panjang Jimat, yakni memandikan pusaka-pusaka keraton peninggalan Sunan Gunung Jati. Banyak orang berebut untuk memperoleh air bekas cucian tersebut, karena dipercaya akan membawa keberuntungan. Ini jelas syirik yang wajib dikikis habis.
Di Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta, perayaan maulid dikenal dengan istilah sekaten. Istilah ini berasal dari kata syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat.
Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di bangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 kedua perangkat gamelan tersebut dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta, ring - iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Kraton berseragam lengkap.
Pada umumnya, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugrahi awet muda. Sebagai “Srono” (Syarat) nya, mereka harus menguyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.
Puncak perayaan Sekaten disebut Gerebeg Mulud. diselenggarakan pada hari keduabelas bulan Mulud kalender Jawa. Festival ini dimulai pada pukul 7.30 pagi, didahului oleh parade pengawal kerajaan yang terdiri dari 10 unit: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo,Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijeron, Surokarso, dan Bugis. Setiap unit mempunyai seragam masing2. Parade dimulai dari halaman utara Kemandungan kraton, kemudian melewati siti hinggil menuju Pagelaran, dan selanjutnya menuju alun2 utara.
Pukul 10.00 pagi, Gunungan meninggalkan kraton didahului oleh pasukan bugis dan surokarto. Gunungan dibuat dari makanan seperti sayur2an, kacang, lada merah, telor, dan beberapa pelengkap yang terbuat dari beras ketan. Dibentuk menyerupai gunung, melambangkan kemakmuran dan kekayaan tanah mataram.
Parade disambut dengan tembakan-tembakan dan sahut-sahutan oleh pengawal Kraton ketika melewati alun-alun utara, prosesi semacam ini dinamakan Gerebeg. Kata ’gerebeg’ berarti ’suara berisik yang berasal dari teriakan orang-orang’. selanjutnya gunungan dibawa ke Masjid Agung untuk diberkati dan kemudian dibagikan ke masyarakat. Orang-orang biasanya berebut untuk mendapatkan bagian dari gunungan karena mereka percaya bahwa makanan tersebut mengandung kekuatan gaib. Para petani biasanya menanam sebagian jarahan dari gunungan di tanah mereka, dengan kepercayaan ini akan menghindarkan mereka dari kesialan dan bencana.
Kalau kita memperhatikan perayaan-perayaan di atas pastilah kita tidak meragukan bahwa hal tersebut merupakan bentuk kesyirikan. Hal tersebut karena pengaruh kepercayaan animisme yang masih melekat di kalangan sebagian masyarakat Indonesia.
Sebagian masyarakat merayakan maulid dengan membaca Barzanji, Diba’i atau al-Burdah atau dalam istilah orang Jakarta dikenal dengan rawi. Barzanji dan Diba’I adalah karya tulis seni sastra yang isinya bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Nama Barzanji dan Diba’I diambil dari nama pengarang naskah tersebut. Tetapi di dalamnya juga terdapat kesalahan-kesalahan diantaranya kepercayaan terhadap Nur Muhammad saw atau Hakikat Muhammad saw yaitu yang meyakini bahwa nur Muhammad adalah makhluk pertama yang Allah ciptakan dan semua alam semesta tercipta sebab nur Muhammada ini.
Sedangkan al-Burdah adalah kumpulan syair-syair pujian kepada Rasulullah saw yang dikarang oleh al-Bushiri. Dalam syair-syair burdah terdapat syair yang menjadi kritikan para ulama kerena adanya ghuluw dan ithra (berlebih-lebihan) dalam pujian terhadap Rasulullah saw, diantaranya syair yang berbunyi:
ومن جودك الدنيا وضرتها ومن علومك علم اللوح و القلم
Diantara kedermawananmu adalah dunia dan akhirat
Dan diantara ilmumu adalah ilmu lauh dan qalam
Sesi pembacaan Barzanji, Diba’i atau burdah adalah sesi yang tidak pernah tertinggal bahkan seolah menjadi syarat penting, baik dalam perayaan maulid yang besar atau yang kecil. Di tengah pembacaan Barzanji, Diba’i atau burdah ini ada suatu paragraf bacaan yang dikenal dengan mahallul qiyam. Dimana ketika ini dibaca hadirin semua berdiri sambil bershalawat kepada Rasulullah saw dengan alasan menghormatinya karena saat itu diyakini bahwa roh Rasulullah saw mendatangi mereka. Hal ini adalah bid’ah, khurafat dan takhayul yang dimunculkan oleh pemikiran yang bertentangan dan menyalahi al-Qur’an dan as-Sunnah yang dianut oleh bathiniyah, tasawuf dan tarekat.
Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji, Diba’i atau al-Burdah dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan, pernikahan, dan upacara lainnya.
Biasanya di masjid-masjid di perkampungan atau di rumah-rumah, orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Barzanji, Diba’i atau al-Burdah, yang pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga setempat secara gotong royong. Pada sebagian masyarakat, pembacaan Barzanji juga dilakukan bersamaan dengan "diestafetkannya" bayi yang baru dicukur selama satu putaran dalam lingkaran. Sementara baju atau kain orang-orang yang sudah memegang bayi tersebut, kemudian disemprot atau diberi setetes dua tetes minyak wangi.
Orang-orang yang melakukan perayaan maulid mengklaim bahwa mereka berbuat hal tersebut karena mereka cinta kepada Nabi Muhammad saw. Seandainya mereka benar mencintainya niscaya mereka akan meninggalkan perayaan-perayaan tersebut, karena Rasulullah saw telah menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintainya dengan benar. Mencintai Rasulullah saw adalah dengan mentaati perintahnya, menjauhi larangannya dan menghidupkan sunahnya. Sedangkan merayakan maulid adalah bentuk pelanggaran terhadap larangannya karena beliau melarang umatnya melakukan bid’ah dalam agamanya.
Terdapat sebahagian dari pencinta amalan maulid ini beralasan:
"Kami mengadakan perayaan memperingati maulid ini untuk membacakan sirah (sejarah) hidup Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-sallam".
Tetapi kenyataan sirah yang mereka bacakan bertentangan dengan sabda-sabda dan sejarah Rasulullah saw yang benar. Kalaulah begitu apa faedahnya? Apakah orang yang dikatakan mencintai Rasulullah cukup hanya dengan membacakan sirah hidup baginda? Kalau begitu, ini bermakna orang yang mencintai Rasulullah saw perlu membacanya setiap hari sedangkan mereka hanya melakukannya setahun sekali?
Pembuat bid'ah perlu menyedari bahawa di bulan Rabi'ul Awal adalah bulan kelahiran dan kematian Rasulullah saw, tidak sepatutnya diadakan perayaan (bersuka ria) di bulan kematiannya sedangkan menunjukkan keprihatinan adalah lebih utama.
Agama Islam adalah agama yang sempurna sejak Rasulullah saw meninggal dunia. Tiada suatu kebaikan pun kecuali telah dijarkan dan tiada suatu kejelekan pun kecuali telah dijelaskan.
Allah berfirman: pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (QS. 4:3)
Marilah kita sama-sama menghidupkan sunah-sunah Rasulullah saw dan menjauhi larangan-larangan dan meninggalkan bid’ah. Karena dengan begitulah kita bisa mengembalikan kepada umat ini kehormatan dan kemuliaannya.
Wallahu a’lam bisshawab

Peringatan Maulid Nabi 1438 H & HARLAH TPQ ke 6

Kegiatan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H & HARLAH TPQ ULIL ALBAAB ke 6



Jumat, 02 September 2016

MBAH KHOLIL



Alkisah, seseorang berkebangsaan Arab berkunjung ke Pesantren Kedemangan, Bangkalan, Jawa Timur. Masyarakat Madura menyebutnya habib. Kala itu, Syaikhona KH Muhammad Kholil sedang memimpin jamaah sembahyang maghrib bersama para santrinya.<>
Usai menunaikan shalat, Mbah Kholil pun menemui para tamunya, termasuk orang Arab ini. Dalam pembicaraan, tamu barunya ini menyampaikan sebuah teguran, “Tuan, bacaan al-Fatihah Antum (Anda) kurang fasih.” Rupanya, sebagai orang Arab, ia merasa berwenang mengoreksi bacaan shalat Mbah Kholil.
Setelah berbasa-basi sejenak, Mbah Kholil mempersilakan tamu Arab itu mengambil wudhu untuk melaksanakan sembahyang maghrib. “Silakan ambil wudhu di sana,” ucapnya sambil menunjuk arah tempat wudhu di sebelah masjid.
Baru saja selesai wudhu, si orang Arab tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya seekor macan tutul. Dengan bahasa Arab yang fasih, ia berteriak dengan maksud mengusir si macan. Kefasihan bahasa Arabnya tak memberi pengaruh apa-apa. Binatang buas itu justru kian mendekat.
Mendengar keributan di area tempat wudhu, Mbah Kholil datang menghampiri. Mbah Kholil paham, macan tutul itu lah sumber kegaduhan. Kiai keramat ini pun melontarkan sepatah dua patah kata kepada macan. Meski tak sefasih tamu Arabnya, anehnya, sang macan langsung bergegas pergi.
Orang Arab itu akhirnya mafhum, kiai penghafal al-Qur’an yang menguasai qiraat sab’ah (tujuh cara membaca al-Qur’an) ini sedang memberi pelajaran berharga untuk dirinya. Nilai ungkapan seseorang bukan terletak sebatas pada kefasihan kata-kata, melainkan sejauh mana penghayatan atas maknanya.

Mahbib Khoiron
Sumber: wiki.aswajanu.com

Minggu, 17 Juli 2016

CARA MILIKI RUMAH DI SURGA


Di akhirat kelak, tidak ada yang dapat membantu manusia kecuali amal saleh. Setinggi apapun jabatan di pemerintahan dan sebanyak apapun harta yang didapat, itu semua tidak berguna di depan Yang Maha Kuasa. Sebab Allah SWT hanya menghargai amal kebaikan dan ibadah yang dilakukan hamba-Nya. Karenanya, perbanyaklah melakukan amal saleh selama masih diizinkan untuk bernafas.

Di antara amal saleh yang dapat dilakukan adalah memperbanyak shalat sunah. Dalam sebuah hadis riwayat At-Tirmidzi dikatakan bahwa orang yang mengejakan shalat sebanyak dua belas raka’at setiap hari, maka Allah SWT akan membangunkan rumah untuknya di surga nanti.

Shalat dua belas raka’at yang dimaksud ialah shalat sunah yang dikerjakan sesudah atau sebelum shalat wajib. Berikut kutipan hadisnya:

مَنْ صَلَّى فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً  بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ: أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، َرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ» "

Artinya, “Siapa saja yang mengerjakan shalat dua belas raka’at setiap harinya, maka ia akan memperoleh rumah di surga. Shalat dua belas raka’at yang dimaksud adalah empat raka’at sebelum dzuhur, dua raka’at setelahnya, dua raka’at setelah magrib, dua raka’at setelah isya, dan dua raka’at sebelum shubuh,” (HR At-Tirmidzi).

Selain mengerjakan shalat wajib, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak shalat sunah. Shalat rawatib, baik sebelum atau setelah shalat wajib, termasuk shalat sunah yang sangat dianjurkan Nabi SAW.

Bahkan, Allah SWT akan menyediakan rumah di akhirat kelak bagi pengamalnya. Shalat sunah rawatib yang dianjurkan di dalam hadis di atas ialah empat raka’at sebelum dzuhur dan dua raka’at setelahnya, dua raka’at setelah magrib, dua raka’at setelah isya, dan dua raka’at sebelum shubuh. Semoga kita dapat mengamalkannya. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

KEUTAMAAM PUASA SYAWAL





Puasa sunah Syawwal menyimpan banyak keutamaan. Allah SWT menyediakan ganjaran besar bagi mereka yang berpuasa di bulan Syawwal. Karenanya puasa enam hari di bulan Syawwal sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Bahkan orang yang berpuasa enam hari di bulan Syawwal setelah berpuasa penuh Ramadhan seakan berpuasa setahun penuh puasa wajib. Ini merupakan keistimewaan luar biasa yang Allah berikan untuk bulan Syawwal.

Hal ini dijelaskan antara lain oleh Syekh Ibrahim Al-Baijuri dalam Hasyiyatul Baijuri ‘alâ Syarhil ‘Allâmah Ibni Qasim sebagai berikut.
(وستة من شوال) أي لخبر من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر فإن صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام الستة من شوال بشهرين فذلك كصيام السنة والمراد أنه كصيامها فرضا والا فلا خصوصية لذلك لأن الحسنة بعشرة أمثالها

Artinya, “Salah satu puasa sunah adalah (puasa enam hari di bulan Syawwal) berdasarkan hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawwal, ia seakan berpuasa setahun penuh. Karena, puasa Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan. Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawwal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa setahun penuh’.

Maksudnya, ia seakan berpuasa wajib setahun penuh. Kalau puasa setahun itu tidak diartikan sebagai puasa wajib, maka tiada keistimewaan semua itu. Pasalnya, satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat dengan ibadah serupa,” (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ‘alâ Syarhil ‘Allâmah Ibni Qasim, Darul Fikr,  Juz I, Halaman 214).

Dengan asumsi setiap satu kebaikan dibalas sepuluh, tiga puluh hari puasa di bulan Ramadhan ditambah enam hari puasa di bulan Syawwal maka hasilnya adalah tiga ratus enam puluh hari, artinya yang kurang lebih setahun penuh. Demikian perhitungan secara matematisnya.

Sebagian ulama menyatakan bahwa puasa Syawwal itu diistimewakan karena antara lain puasa itu dapat menerangkan hati yang gelap pasca-Ramadhan. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)


sumber : http://www.nu.or.id/post/10/ubudiyah

Rabu, 22 Juni 2016

Setelah Tentara Menempeleng Sufi


Sejarah ulama-ulama sufi ternama periode klasik menyimpan dengan baik nama Syekh Abu Ishaq Ibrahim bin Adham. Kepribadiannya dipuji banyak kalangan lantaran sikap zuhud dan tawaduknya.<>
Siapa tak takjub, ketika jabatan elit sebagai Raja Balkh (Iran) ia tinggalkan demi kehidupan serba sederhana di jalan tasawuf. Kisah Syekh Ibrahim bin Adham sering terekam dalam sumber-sumber Arab dan Persia, seperti Imam Bukhari dan lainnya., sebagai tokoh sufi yang pernah bertemu dengan Nabi Khidzir.
Salah satu inspirasi yang dapat ditimba dari Syekh Ibrahim bin Adham adalah peristiwa di gurun pasir yang lapang. Dalam sebuah perjalanan, Syekh Ibrahim mendadak dihampiri seorang tentara berwatak kasar.
”Dimana kampung yang paling damai?” tanya tentara itu.
Syekh Ibrahim menjawab dengan isyarat telunjuk yang mengarah ke lokasi pemakaman. Tak puas dengan jawaban ini, si tentara pun menghantamkan kepalan tangannya tepat ke arah kepala Syekh Ibrahim. Aksi tentara itu berhenti setelah mengetahui bahwa yang ia pukul adalah Syekh Abu Ishaq Ibrahim bin Adham, tokoh sufi dari Khurasan.
”Maafkan kekhilafan saya, wahai Syekh.”
”Saat kamu memukulku, aku berdoa kepada Allah agar memasukanmu kedalam surga,”
“Mengapa?”
”Aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena pukulanmu. Aku tidak ingin nasibku menjadi baik dengan kerugianmu, dan perhitungan amalmu menjadi buruk karena diriku.”
Akhlak Syekh Ibrahim bin Adham seketika melelehkan hati batu si tentara. Cara Syekh Ibrahim menasihati dan ketulusannya menerima risiko menyadarkannya untuk lebih serius dalam mencari kebenaran. (Mahbib Khoiron)

Sumber :http://www.nu.or.id/post/read/44763/setelah-tentara-menempeleng-sufi

Rabu, 15 Juni 2016

MOdel Banner Maulid Nabi Muhammad 2015


Kisah Panglima Perang yang di Pecat Karena Tak Pernah Berbuat Kesalahan



Kisah Panglima Perang yang di Pecat Karena Tak Pernah Berbuat Kesalahan

Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.
Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, "Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus." Ya! beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.
Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.
Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.
Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.
Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"
Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.
ebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.
Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"
"Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!" Jawab Khalifah.
"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"
"Kamu tidak punya kesalahan."
"Kalu tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"
"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."
"Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, Anda itu jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah Anda pimpin, dan tak pernah satu kalipun Anda kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjung Anda. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan Anda. Tapi, ingat Khalid, Anda juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini Anda saya pecat. Supaya Anda tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja Anda tak bisa berbuat apa-apa!"
Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang Ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis belaiu berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"
Bayangkan Sahabat Populer, jenderal mana yang berlaku mulia seperti itu? Mengucapkan terima kasih setelah dipecat. Padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Adakah jenderal yang mampu berlaku mulia seperti itu saat ini?
Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemaren.
Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, "Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat."
Dengan tenang Khalid bin Walin menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."
Sebuah kisah yang sangat indah dari seorang jenderal, panglima perang, Pedang Allah yang Terhunus. Kita bisa mengambil banyak hikmah dari kisah ini. Betapa rendah hati Sahabat Nabi yang mulia ini. Beliau penuh kemuliaan, punya jabatan, populer, dan tak pernah berbuat kesalahan. Namun, ketika semua itu dicabut beliau sedikitpun tak terpengaruh. Beliau tetap berbuat yang terbaik. Karena memang tujuannya semata-mata hanya mencari keridhaan Allah SWT.

Semoga beliau dimuliakan di sisi Allah SWT, amin.


Disadur dari : Viva.co.id

Notulen Rapat 16 Juni 2015



ULIL ALBAABTAMAN PENDIDIKAN AL ~ QURAN

Sekretariat : Jl. A. Yani RT.01 RW.04 Desa Sumberporong Lawang – Malang Telp. (0341)903
 

NOTULEN RAPAT

Judul Rapat              :  Koordinasi Pembahasan Rencana Kegiatan
Hari/tgl                     :  Selasa, 16 Juni 2015
Jam                           :  18.00 s/d 20.00 WIB
Tempat                     :  TPQ Ulil Albaab
Pimpinan Rapat       :  Ust. Imam Busyiri
Jumlah Undangan    : 12 Undangan
Jumlah yang hadir   :  8 orang


NOTULEN
Susunan Acara :
1.      Pembukaan
2.      Sambutan Pendiri TPQ Ulil Albaab
3.      Laporan Keuangan
4.      Pembahasan Kegiatan Acara Buka Bersama
5.      Penutup.

ISI RAPAT

  1. Pembukaan
Acara di buka oleh pembawa acara yaitu Bpk. Lutfi Budiono dengan pembacaan Al fatihah bersama-sama, agar rapat berjalan dengan lancar serta hasil rapat bermanfaat.

  1. Sambutan  Kepala TPQ Ulil Albaab oleh Ustd. Rumiyati :
      yang di sampaikan  :
a)      Ucapan syukur kepada Allah SWT  karena masih diberi kenikmatan berupa kesehatan, serta kesempatan.
b)      Kegiatan rapat koordinasi ini bisa digunakan sebagai koordinasi kegiatan rutin yang dilakukan di TPQ Ulil Albaab maupun kegiata lainnya.
c)      Semoga apa yang menjadi niat dari semua pengurus mendapatkan ridho dan senantiasa bermanfaat bagi masyarakat.
 


  1. Laporan Keuangan TPQ Ulil Albaab Oleh Bpk. Djunaedi Rijadi, SH
Yang disampaikan adalah :
a)      Ucapan terimakasih atas kehadiran undangan pada rapat koordinasi ini.
b)      Laporan keuangan sampai pada malam hari ini sebesar Rp. 850.000,-

  1. Diskusi
Diskusi dipimpin Oleh Ibu. Laili Mauludiyah :
Pembawa Acara (MC) di percayakan kepada ibu Yuni Munitasari
Adapun yang dibahas adalah :
a)      Susunan acara pada Acara Buka Bersama
Susunan acaranya sebagai berikut :
·      Pra Acara à Banjari   (15 Menit)                  
·      Pembukaan à MC  (5 Menit)
·      Qiroatul Qur’an (10 Menit)
·      Sambutan Ketua TPQ Ulil Albaab (10 Menit)
·      Pembagian Hadiah (30 Menit)
·      Tampilan Tambahan (cadangan)
·      Hikmah Ramadhan (Ceramah Agama) & Doa
·      Ramah Tamah

b)      Jumlah Undangan
Adapun undangannya sebagai berikut :
·      Santri sebanyak 75 Orang
·      Wali Santri sebanyak 45 Orang
·      Undangan Khusus sebanyak 10 Orang
·      Tokoh Masyarakat sebanyak 20 orang
Total undangan keseluruhan adalah 150 undangan.

c)      Konsumsi
Konsumsi yang akan diberikan kepada undangan adalah :
Ø  Minuman (takjil)
·         Air Mineral sebanyak 3 Dos
·         Es Buah
Ø  Makanan
·         Sayur SOP
·         Lauk Tempe & Tahu
·         Ayam Goreng

d)     Kebutuhan Lomba
Buku tulis sebanyak 8 Paks dengan harga @ Rp. 20.000,-

  1. Penutup
·         Acara ditutup oleh Pembawa acara Bpk. Lutfi Budiono dengan membaca Alhamdulillah.


Mengetahui,
Ketua TPQ Ulil Albaab.




16 Juni 2015
Notulis



RUMIYATI, Spd

LUTFI BUDIONO